Jumat, 13 Mei 2016

MAKALAH ASKEB 2 TENTANG MELAKUKAN PENJAHITAN PADA EPISIOTOMI

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Episiotomi adalah pengguntingan mulut rahim sebagai jalan lahir pada saat proses persalinan. Bila persalinan dilakukan dengan tindakan episiotomi, maka sebaiknya jika habis ke buang air kecil atau besar, bekas luka dikompres dengan obat antiseptik. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi. Selain kompres, bisa juga dilakukan dengan mengolesinya dengan salep antibiotik. Salep ini biasanya sekaligus juga menyembuhkan wasir ibunya yang kerap keluar saat persalinan.
Jika robekan tersebut hingga mengenai anus, maka sesudah anusnya dibenahi, pasien harus diet sampai luka di anusnya sembuh, kira-kira 5-7 hari. Ibu harus mengatur makanannya agar buang air besarnya menjadi lembek atau encer. Kalau perlu dibantu dengan obat pencahar.
Kalau robekannya banyak, maka sebaiknya di minggu pertama sesudah persalinan, ibu jangan banyak bergerak dulu. Terutama yang membuat gerakan di daerah perineumnya. Misalnya, berjalan-jalan, karena berjalan-jalan akan membuat pergeseran di daerah perineum. Jadi, lakukan kegiatan yang tidak banyak menggerakkan daerah perineum tersebut. Misalnya, dengan duduk atau berbaring. Pengguntingan mulut rahim sebagai jalan untuk kelahiran janin pada saat persalinan kadangkala perlu dilakaukan. Melahirkan tanpa pengguntingan bisa mengakibatkan robekan ke mana-mana. Saat bayi dilahirkan, terutama kala kepala atau pantat bayi mulai “nongol”, maka bisa jadi membuat robek leher rahim, vagina, labia, hingga perineum sang ibu. Terlebih lagi pada kelahiran dengan bayi besar atau proses kelahirannya terlalu cepat. Perobekan itu bisa melebar ke mana-mana dengan bentuk yang tak beraturan, sehingga proses penjahitan kembali akan mengalami kesulitan.
2.      Rumusan Masalah
2.1 Menjelaskan episiotomy
2.2 Menjelaskan heating


3.      Tujuan penulisan
Untuk mengetahui episiotomi dan heating secara umum serta guna memberikan wawasan kepada para pembaca tentang episiotomy































BAB II
PEMBAHASAN
1. EPISIOTOMI
1.1 Pengertian episiotomy
Adalah suatu tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anastesi local adalah bagian dari asuhan sayang ibu ( sarwono,2014). Episiotomy adalah pemisahan jaringan perineum yang bertujuan mencegah kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas elastisitas jaringan tersebut.(Manternal Neonatal 2000 : 455)
1.2 Prinsip tindakan episiotomi
              Pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut (Sumarah, 2008)
1.3 Indikasi episiotomy
              Menurut Manuaba (2007) khusus pada primigravida, laserasi jalan lahir terutama perineum sulit dihindari sehingga sehingga untuk keamanan dan memudahkan menjahit laserasi kembali dilakukan episiotomi. Disamping itu, episiotomi dipertimbangkan pada multigravida dengan introitus vagina sempit atau pada wanita dengan perineum yang kaku. Selain itu menurut Sumarah (2008) indikasi episiotomi dilakukan pada:
a.       Gawat janin, untuk menolong keselamatan janin maka persalinan harus segera diakhir
b.      Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presentasi bokong, distosia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum.
c.        Jaringan parut pada perineum ataupun pada vagina
d.      Perineum kaku dan pendek
e.        Adanya ruptur yang membakat pada perineum
f.       Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin

1.4  Tujuan episiotomi menurut Sumarah (2008) adalah :
·         Mempercepat persalinan dgn melebarkan jalan lahir lunak/mempersingkat kala II
·         Mempercepat tekanan pada kpl anak
·         Mengendalikan robekan perineum u/ memudahkn menjahit
·         Menghidari robekan perineum spontan
·         Mempercepat kemungkinan ruptura perineum totalis
·         Untuk mengurangi tekanan pada kepala janin prematur yang masih lunak.
·         Untuk melancarkan pelahiran jika kelahiran tertunda oleh perineum yang kaku.
·         Untuk memberikan ruangan yang adekuat untuk pelahiran dengan bantuan.

1.5 Tingkat episotomi menurut Manuaba (2007)
Tingkat episiotomy
Jaringan terkena
Keterangan
Pertama
    Fourchette
Kulit perineu
Mukosa vagina
-          Mungkin tidak perlu dijahit Menutup sendiri
Kedua
·         Fascia + muskulus badan perineum
Perlu dijahit
Ketiga
·         Ditambah dengan sfincter ani
Harus dijahit legeartis sehingga tidak menimbulkan inkontinensia
Keempat
·         Ditambah dengan mukosa rektum
 Teknik menjahit khusus sehingga tidak menimbulkan fistula
                  
Description: Tindakan Episiotomi

                                                          
1.6 Waktu
Saat yang dianggap tepat melakukan episiotomi menurut Manuaba (2007) adalah :
a.       Saat kepala crowning sekitar 4-5 cm
b.      Saat his dan mengejan sehingga rasa sakit tertutupi
c.        Saat perineum telah menipis, sehingga mengurangi perdarahan

1.7   Bentuk episiotomi
Bentuk episiotomi yang lazim dilakukan menurut Sumarah (2008) adalah :
      Episiotomi Medialis adalah yang dibuat di garis tengah.
      Episiotomi Mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi anus.
      Episiotomi Lateralis 1-2 cm diatas commisuro posterior ke samping.
      Episiotomi Sekunder adalah ruptur perinii yang spontan atau episiotomi medialis yang melebar sehingga dimungkinkan menjadi ruptura perinii totalis maka digunting ke samping.

1.8 Cara melakukan episiotomi menurut Sarwono (2006) :
1)      Persiapan
§  Pertimbangkan indikasi episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi penting untuk kesehatan dan kenyamanan ibu/bayi
§  Pastikan perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan steril (gunting epis)
§  Gunakan teknik aseptik setiap saat, cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
2)      Jelaskan kepada ibu alasan dilakukannya episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu, berikan dukungan dan dorongan pada ibu

3)       Prosedur utama (persalinan)
PERSIAPAN ALAT:
      Bak instrument steril
      Sepasang sarung tangan steril
      Gunting episiotomi
      Kasa steril
      Spuit 5 ml
      Lidocain 2%
      Aquadest
      Kapas dalam air DTT
4)      Anastesi local
a)      Jelaskan pada ibu tentang apa yang dilakukan dan agar ibu merasa tenang.
b)      Pasanglah jarum no. 22 pada spuit 10 ml, kemudian isi spuit dengan bahan anastesi (lidokain HCl 1 % atau Xilokain 10mg/ml).
c)      Letakkan 2 jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala dan perineum. Masuknya bahan anastesi (secara tidak sengaja) dalam sirkulasi bayi, dapat menimbulkan akibat yang fatal, oleh sebab itu gunakan jari – jari penolong sebagai pelindung kepala bayi.
d)     Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior (fourchette) yaitu bagian sudut bawah vulva.
e)      Arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri (atau kanan) garis tengah perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak memasuki pembuluh darah (terlihat cairan dalam spuit)
f)       Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5-10 ml lidokain 1 %
g)       Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja maksimal, sebelum episiotomi dilakukan.
              Jika kepala janin tidak segera lahir, tekan insisi episiotomi diantara his sebagai upaya untuk mengurangi perdarahan.
Jika selama melakukan penjahitan robekan vagina dan perineum, ibu masih merasakan nyeri, tambahkan 10 ml Lidokain 1 % pada daerah nyeri.
Penyuntikan sampai menarik mundur, bertujuan untuk mencegah akumulasi bahan anastesi hanya pada satu tempat dan mengurangi kemungkinan penyuntikan kedalam pembuluh darah.
5)      Tindakan episiotomy
a)      Pegang gunting yang tajam dengan satu tangan.
b)      Letakkan jari telunjuk dan tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah dengan rencana sayatan.
c)      Tunggu fase acme (puncak his) kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka antara jari telunjuk dan tengah.
d)      Gunting perineum, dimulai dari fourchat (komissura posterior) 45 derajat ke lateral (kiri atau kanan).
6)      Lanjutkan pimpin persalinan.
7)      Melahirkan Bayi
8)      Melahirkan Plasenta
9)       Menjahit luka episiotomi
a)      Atur posisi ibu dan menjadi posisi litotomi dan arahkan cahaya lampu sorot pada aderah yang benar.
b)       Keluarkan sisa darah dari dalam lumen vagina, bersihkan daerah vulva dan perineum.
c)      Kenakan sarung tangan yang bersih/DTT. Bila perlu pasanglah tampon atu kasa ke dalam vagina untuk mencegah darah mengalir ke daerah yang akan dijahit.
d)     Letakkan handuk untuk kain bersih di bawah bokong ibu.
e)      Uji efektifitas anastesi local yang diberikan sebelum episiotomi masih bekerja (sentuhkan ujung jarum pada kulit tepi luka). Jika terasa sakit, tambahkan anastesi local sebelum penjahitan dilakukan.
f)        Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman dari cemaran.
g)      Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas batas luka. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina. Ikat dan potong salah satu ujung dari benang dengan menyisakan benang kurang lebih 0,5 cm.
h)      Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahit jelujur dengan jerat ke bawah sampai lingkaran sisa hymen
i)        Kemudian tusukkan jarum menembus mukosa vagina di depan hymen dan keluarkan pada sisi dalam luka perineum. Periksa jarak tempat keluarnya jarum di perineum dengan batas atas irisan episiotomy.
j)        Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot sampai ke ujung luar luka (pastikan setiap jahitan pada kedua sisi memiliki ukuran yang sama dan lapisan otot tertutup dengan baik)
k)      Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan mulailah merapatkan kulit perineum dengan jahitan subkutikuler.
l)        Bila telah mencapai lingkaran hymen, tembuskan jarum ke luar mukosa vagina pada sisi yang berlawanan dari tusukan terakhir subkutikuler.
m)    Tahan benang (sepanjang 2 cm) dengan klem, kemudian tusukkan kembali jarum pada mukosa vagina dengan jarak 2 mm dari tempat keluarnya benang dan silangkan ke sisi berlawanan hingga menembus mukosa pada sisi berlawanan.
n)      Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul kunci
o)      Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok dubur (lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan)
p)      Tutup jahitan luka episiotomy dengan kasa yang dibubuhi cairan antiseptic

1.9  bahaya epsitomi
      Jika meluas bisa memanjang sampai ke spincter ani à ruptur totalis
      yang mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak, lebih sulit dijahit
      dan jika sampai spincter ani bukan kewenangn bidan à harus dirujuk

1.10  keuntungan dan kerugian episiotomy
      Episiotomi Medialis : mudah dijahit, anatomi maupun fungsionil sembuh dengan baik, nyeri masa nifas ringan, dapat menjadi ruptur perinii totalis.
      Episiotomi Mediolateralis : Lebih sulit dalam penjahitan,anatomi maupun fungsionil penyembuhan kurang sempurna, nyeri pada hari-hari pertama nifas, jarang menjadi ruptura perinium.

1.11  Komplikasi :
·         Perdarahn pd umumny pd luka robek yg kcl & superfigal tak tjd p’drhan yg bnyk, akan tetapi jk robekan lebar & dalam /mengenai pembuluh darah dapat menimbulkan perdarahan yg hebat
·         Infeksi jika robekan tdk ditangani dg smestiny dapt tjd infeksi bahkan dapat timbul septikomi.





2. HEATING
2.1 Pengertian Heating
              Adalah suatu cara untuk menyatukan kembali jaringan  tubuh (dalam hal perineum) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) dan mempertahankan integritas dasar panggul ibu.
2.2 Prosedur heating
A.Persiapan alat:
         Heacting set yang berisi : pinset anatomis dan chirurghis, gunting benang, handscoon 1 pasang, naldpooder, jarum jahit bulat dan segitiga, benang chromic 2-0 atau 3-0.
         Spuit 5cc,aquadest, lidocain 2%(dilakukan jika pada episiotomi tidak diberi anastesi)
         Bengkok, depress, duk/underpads, ball tampon, kapas dan air DTT
         Lampu sorot.
B.Persiapan pasien
         Posisikan ibu litotomi dan senyaman mungkin
         Menjelaskan pada pasien agar memberitahu penolong jika selama penjahitan masih nyeri.
C.Persiapan penolongan
         Memberitahu tindakan, tujuan dan meminta persetujuan
         Mengambil posisi yang nyaman.
D.Prosedur tindakan
·         Memakai sarung tangan
·         Pasang duk/underpads dibawah kosong
·         Pastikan derajat robekan perineum
·         Bersihkan daerah perineum dengan kapas dan air DTT
·         Pasang ball tampon (jika perlu)
·         Lakukan anastesi dengan lidocain 1% (jika pada saat episiotomi tidak dilakukan anastesi)
·         Tunggu 1-2 menit agar efek anastesi bekerja.
Buat jahitan pertama 1cm diatas ujung laserasi dibagian dalam vagina. Setelah membuat tusukan pertama, diikat
·         Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah, kearah cincin hymen.
·         Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum kedalam mukosa vagina lalu kebawah cincin hymen sampai jarum ada dibawah laserasi. Periksa bagian antara jarum diperineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum kepuncak luka.
·         Teruskan kearah bawah, tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka yang dijahit. Jika laserasi meluas kedalam otot, mungkin perlu untuk melakukan 2 lapisan jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
·         Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit kebawah, kearah cincin hymen.
·         Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum kedalam mukosa vagina lalu kebawah cincin hymen sampai jarum ada dibawah laserasi. Periksa bagian antara jarum diperineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum kepuncak luka.
·         Teruskan kearah bawah, tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka yang dijahit. Jika laserasi meluas kedalam otot, mungkin perlu untuk melakukan 2 lapisan jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
·         Masukkan jari kelingking ke anus, raba apakah ada jahitan pada rectum. Jika ada, ulangi pemeriksaan rectum 6 minggu post portum. Jika penyembuhan belum sempurna, ibu segera dirujuk.
·         Cuci daerah genetalia dengan sabun dan air DTT
·         Lalu keringkan dan posisikan ibu dengan nyaman
·         Nasehati ibu:
§  Menjaga perineum bersih dan kering
§  Hindari obat-obat tradisional
§  Kontrol 1 minggu kemudian atau jika sewaktu-waktu ada keluhan
§  Konsumsi gizi seimbang 



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
              episiotomy Adalah suatu tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anastesi local adalah bagian dari asuhan sayang ibu ( sarwono,2014). Episiotomy adalah pemisahan jaringan perineum yang bertujuan mencegah kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas elastisitas jaringan tersebut.(Manternal Neonatal 2000 : 455).
               Heating adalah suatu cara untuk menyatukan kembali jaringan  tubuh (dalam hal perineum) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) dan mempertahankan integritas dasar panggul ibu.
3.2 Saran
              Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami apa saja indikasi untuk melakukan episiotomy serta penjahitan laserasi. Tentunya sebagai bahan pelajaran mata kuliah askeb 2. Diharapkan pada pembaca juga dapat memahami dan dijadikan sebagai materi untuk pembelajaran.














DAFTAR PUSTAKA

Asuhan persalinan normal, 2014
Prawirohardjo, sarwono. 2013. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar