BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Syock
adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah kedalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan
dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.(Prawirohardjo Sarwono.2009,
Ilmu Kebidanan Jakarta : Pt Bina Pustaka)
Syok Obstetri adalah syok yang dijumpai dalam
kebidanan yang disebabkan baik oleh perdarahan, trauma, atau sebab-sebab
lainnya. Gejala klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah menurun, nadi
cepat dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari, sesak nafas,
pengelihatan kabur, gelisah, dan akhirnya oliguria/anuria. Klasifikasisyok antara lain syok hipovolemik, syok sepsis
(endatoxin shock), syok
kardiogenik, dan syok
neurogenik. Ada beberapa
penanganan kebidanan dalam menghadapi klien yang mengalami syok – syok tersebut, dimana penanganan tersebut dapat mengurangi angka kematian ibu
dan anak dalam proses peesalinan.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan syok?
2. Apa
saja jenis – jenis syok,patofisiologis dan cara penanganan nya?
3. Apa
penyebab syok?
4. Apa
tanda – tanda syok?
5. Bagaimana
penanganan syok tersebut?
6. Asuhan
apa saja yang dapat dilakukan pada pasien syok?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui lebih dalam tentang syok obstetrik
2. Untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah ASKEB IV
3. Mengetahui
cara penanganan pada pasien yang mengalami syok obstetrik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Syok Dalam Kebidanan
Syok
adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga
tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dan tidak mampu mengeluarkan
hasil metabolisme.(Prawirohardjo Sarwono.2009, Ilmu Kebidanan Jakarta : Pt Bina
Pustaka)
Syok
merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat
ke organ – organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan
membutuhkan tindakan segera dan intensif. ( prawirohardjo sarwono. 2007)
2.2 Jenis - Jenis Syok, partofisiologi dan
penatalaksanaan
2.1.1
Syok hemoragic
Adalah
suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada
kehamilan muda, ,misalnya abortus, kehamilan ektopik, dan penyakit trofoblas (
molahidatidosa) ; perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio
plasenta, rupture uteri dan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan
laserasi jalan lahir.
Klasifikasi
perdarahan
Kelas
|
Jumlah
perdarahan
|
Gejala
klinik
|
I
|
15
% ( Ringan)
|
·
Tekanan darah dan
nadi normal
·
Tes tilt( +)
|
II
|
20
– 25 % ( Sedang )
|
·
Takikardi – takipnea
·
Tekanan nadi < 30
mmHg
·
Tekanan darah
sistolik rendah
·
Pengisian darah
kapiler lambat
|
III
|
30
– 35 % ( Berat)
|
·
Kulit dingin ,
berkerut, pucat
·
Tekanan darah sangat
rendah
·
Gelisah
·
Oliguria( < 30ml /
jam)
·
Asidosis metabolik (
Ph < 7,5)
|
IV
|
40
– 45 %( sangat berat)
|
·
Hipotensi berat
·
Hanya nadi karotis
yang teraba
·
syok irevesibel
|
Pada syok yang ringan
gejala – gejala dan tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan dapat diketshui
dengan “tilt test” yaitu bila pasien didudukan terjadi hipotensi dan takikardi
sedangkan dalam keadaan berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masi normal.
Fase
syok
perempuan
hamil normal mempunyai toleransi terhadap perdarahan 500 – 1000ml pada waktu
persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskuler dan
hematologik selama kehamilan. Jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase
– fase syok sebagai berikut .
Fase
kompensasi
·
Rangasangan / refleks
simpatis : respon pertama terhadap kehilangan darah adalah vasokontraksi
pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan darah ke organ vital.
·
Gejala klinis : pucat,
takikardi, takipnea
Fase
dekompensasi
·
Perdarahan lebih dari
1000ml pada pasien normal atau kurang karena faktor – faktor yang ada
·
Gejala klinis : sesuai
gejala klinis syok diatas
·
Terapi yang adekuat
pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan cepat tanpa meninggalkan efek
samping
Fase
kerusakan jaringan dan bahaya kematian
Penanganan
perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang lama dan
kematian jaringan dengan akibat berikut ini :
1. Asidosis
metabolik : disebabkan metabolisme an aerob yang terjadi karena kekurangan
oksigen
2. Dilatasi
arteriol : akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya menyebabkan
penumpukan dan stagnasi darah dikapiler dan keluarnya cairan kedalam jaringan
ekstravaskuler.
3. Koagulasi
intravaskuler yang luas ( DIC) disebabkan lepasnya tromboplastin dari jaringan
yang rusak.
4. Kegagalan
jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner.
5. Dalam
fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak adekuat lagi dan jika
penyembuhan ( recovery) dari fase
akut terjadi, sisa – sia penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan hipofise akan
timbul.
Penanganan
Jika
terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain sebagai berikut
:
1. Cari
dan hentikan segera penyebab perdarahan
2. Bersihkan
saluran napas dan beri oksigen atau pasang selang endotrakheal
3. Naikan
kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkulasi sentral
4. Pasang
2 set infus atau lebih untuk transfusi darah, cairan infus dan obat – obatan
I.V. bagi pasien yang syok. Jika sulit mencari vena, lakukan / pasang kanul
intrafemonal.
5. Kembalikan
volume darah dengan :
1. Darah
segar ( whole blood) dengan cross – matched dari grup yang sama, kalau tidak tersedia
berikan darah O sebagai life saving.
2. Larutan
kristolid : seperti ringer laktat, larutan garam fisiologis atau glukosa 5 %.
Larutan – larutan ini mempunyai waktu paruh ( half life) yang pendek dan pemberian yang berlebihan dapat
memnyebabkan edema paru.
3. Larutan
koloid : dekstram 40 atau 70, fraksi protein plasma ( plasma protein fraction), plasma segar.
6. Terapi
obat – obatan
a. Analgesik
morfin 10 – 15 mg I.V. Jika ada rasa skit , kerusakan jaringan atau gelisah.
b. Kortikosteroid
: hidrokortsion 1 g atau deksametason 20mg I.V. pelan – pelan. Cara kerjanya masih
kontroversial : dapat membantu menurunkan resistensi perifer dan meningkatkan
kerja jantung dan meningkatkan perfusi jaringan.
c. Sodium
bikarbonat : 100 mEq I.V. jika terdapat asidosis
d. Vasopresor
: untuk menaikkan tekana darah dan mempertahankan perfusi renal.
·
Dopamin : 2,5 mg / kg /
menit I.V. sebagai pilihan utama
·
Beta – adrenergenik
stimulasi : isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa 5 % I.V. infus pelan – pelan.
7. Monitoring
a. Central venous presurre
( CVP) : normal 10 – 12 cm air
b. Nadi
c. Tekanan
darah
d. Produksi
urin
e. Tekanan
kapilar paru : normal 6 – 18 Torr
f. Perbaikan
klinik : pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran.
Komplikasi
syok
yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan diberbagai organ sehingga
dapat terjadi komplikasi – komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis
hipofise ( sindroma sheehan) dan koagulasi intravaskuler diseminata ( DIC).
Mortalitas
Perdarahan
500ml pada partus spontan dan 1000ml pada seksio sesarea pada umumnya masih
dapat ditoleransi. Perdarahan karena trauma dapat menyebabkan kematian ibu
dalam kehamilan sebanyak 6 – 7 % dan solusio plasenta 1 – 5 %. Di USA
perdarahan obsetrik menyebabkan angka kematian ibu sebanyak 13,4%
Penanganan
syok hemoragik dalam kebidanan
Bila
terjadi syok hemoragik dalam kebidanan, segera lakukan resusitasi, berikan
oksigen , cairan infus, dan transfusi darah dengan “ crossmatched”.
Diagnosis
plasentaprevia / solusio plasenta dapat dilakukan dengan bantuan USG.
Selanjutnya atasi koagulopati dan lakukan pengawasan janin dengan memonitor
denyut jantung janin. Bila terjadi tanda – tanda hipoksia, segera lahirkan
anak.
Jika
terjadi atonia uteri pasca persalinan segera lakukan masase uterus, berikan
suntikan metil – ergometrin ( 0,2 mg) I.V. atau per infus ( 20 – 40 U/I), dan
bila gagal menghentikan perdarahan lanjutan dengan ligasi a hipogastrika atau
histerektomi bila anak sudah cukup. Kalau ada pengalaman dan tersedia
peralatan, dapat dilakukan embolisasi interna dengan bantuan transkateter.
Semua laserasi yang ada sebelumnya harus dijahit.
2.1.2 Syok
neurogenik
Yaitu
syok yang terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh kehamilan
ektopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan forsep atau
persalinan letak sungsang dimana pembukaan servik yang belum lengkap, versi
dalam yang kasar, firasat/ tindakan creday,
rupture uteri, inversio uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu
cepat ( pecah ketuban pada polihidramion), dan penurunan tekanan tiba – tiba
daerah splanknik ( spalnchic shok) seperti
pengangkatan tiba – tiba tumor ovarium yang sangat besar.
2.1.3 Syok
kardiogenik
Yaitu
yang terjadi karena kontraksi otot jantung yang tidak efektif yang disebebkan
oleh infark otot jantung dan kegagalan jantung. Sering dijumpai pada penyakit –
penyakit katup jantung.
Penyebab
Peneyebab
utama syok kardiogenik adalah penyakit pembuluh darah yang berat. Pada syok
kardiogenik ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang cukup untuk kebutuhan
jaringan. Sebagai kompensasi terjadi takikardia, tetapi hipervolemia dapat
menyebabkan edema paru dan edema menyeluruh. Kekurangan oksigen dapat
menyebabkan kersuakan sel, kegagalan multiorgan, dan kematian.
Tanda
Klinis
Tanda
klinis syok kardiogenik adalah dilatasi vena-vena dileher, dispnea, desah
sistol dan diastole, dan edema yang menyeluruh
2.1.4 Syok
endotoksik / septik
Merupakan
suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebakan oleh lepasan toksin.
Penyebab utama dalah infeksi bakteri gram negatif. Sering dijumpai pada abortus
septik, korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan.
Etiologi
Syok
septik dapat terjadi karena infeksi
bakteri gram positif, virus, atau jamur. Kebanyakan syok septik karena bakteri
gram negatif : Escherichia coli,
pseudomonas, aeregions, bacterioid, klebisiella species, dan serratia.esherichia coli, pseudomonas
aeregions, dan bacterioid yang
mengeluarkan endoktoksin adalah
fosfo-lipo-polisakarida yang lepas dari dinding sel yang mengalami lisis.
Gambaran yang sama juga terjadi karena eksotoksin dari streptokokus beta
hemolitik, aneorob, dan klostridia.
Patogenesis
Mikroorganisme
mengeluarkan endotoksin yang dapat mengaktifkan sistem komplemen dan sitoksin,
mengalami reaksi inflamasi. Kejadian ini berhubungan dengan DIC yang ekstensif
karena antiplasmin tidak dapat mengatasinya. Sepsis menyebabkan vasodilatasi,
tahanan perifer pembuluh darah menurun, dan hipotensi. Selanjutnya distribusi
aliran darah kurang/jelek sehingga perfusi darah ke organ tidak adekuat
menyebabkan kerusakan jaringan multiorgan dan kematian. Mediator inflamasi meningkatkan permeabilitas kapilar sehingga
cairan keluar dari pembuluh darah, khusus pada parenkim paru akan menyebabkan
edema pulmonum.
Selama
sepsis produksi surfaktan pneumosit akan terganggu yang menyebabkan alveolus
kolaps dan mengakibatkan hipoksemia berat yang di sebut acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Endotoksin
lepas karena meningkatnya permeabilitas lisosomal dan sitotoksik. Selanjutnya
dalam beberapa menit dapat terjadi stimulasi medulla adrenal dan saraf simpatis
serta kontruksi arteriol dan venul. Selanjutnya menyebabkan asidosis local yang
dapat menyebabkan dilatasi arteriol, tetapi kontriksi venul dan jika berlanjut
terus mengakibatkan pembendungan darah kapilar, perdarahan karena pembendungan
pada gaster, hati, ginjal, dan paru.
Penyebab Obstetrik Pada
Syok Septik
Syok
septic dalam obstetri dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
·
Abortus septic
·
Ketuban pecah yang
lama/korioamnionitis
·
Infeksi pascapersalinan
: manipulasi dan instrumentasi
·
Trauma
·
Sisa plasenta
·
Sepsis puerperalis
·
Pielonefritis akuta
Faktor Resiko
Ketuban
pecah yang lama, sisa konsepsi yang tidak keluar, dan instrumentasi saluran
urogenital merupakan faktor risiko yang lain untuk terjadinya sepsis. Syok
sepsis akan menunjukan gejala-gejala seperti menggigil, hipotenssi, gangguan
mental, takikardia, takipnea, dan kulit merah. Bila syok tambah berat, akan
terjadi kulit dingin dan basah, brakikardia, dan sianosis.
Penggunaan
mifepriston intravaginal pada abortus medisinalis dapat menyebabkan syok septic
yang fulminan dan letal disebabkan infeksi klostridium sordeli pada
endometrium, suatu bakteri gram positif dan mengeluarkan toksin.
Mifepriston
mempengaruhi pengeluaran dan fungsi kortisol dan sitokin dengan jalan menduduki
(blocking) reseptor progesteron dan
glukokortiroid. Kegagalan pengeluaran kortisol dan sitokin akan menghambat
mekanisme pertahanan tubuh yang dibutuhkan untuk menghambat penyebaran infeksi
C sordeli dalam endometrium pelepasan eksotoksin dan endotoksin dari C sordeli
akan mempercepat terjadinya syok septic yang letal.
Gejala klinis
Syok
septic (endotoksik) terjadi dalam 2 fase utama yaitu fase reversible atau fase
ireversibel, sedangkan fase reversibel terdiri atas fase panas dan fase dingin.
Fase panas disertai dengan gejala-gejala
hipotensi, takikardi, pireksia, dan menggigil. Kulit kelihatan merah dan panas.
Pasien biasanya masih sadar dan leukositosis terjadi dalam beberapa jam.
Pada
fase dingin dijumpai gejala dan tanda-tanda kulit dingin dan mengeriput,
sianosis, purpura, jaudice,penurunan
kesadaran yang progresif, dan koma.
Selanjutnya
bila syok berlanjut terus pasien akan jatuh kedalam fase ireversibel dimana
terjadi hipoksia sel yang berkepanjangan yang menyebabkan gejala asidosis
metabolik, gagal ginjal akut, gagal jantung, edema pulmonum, gagal adrenal, dan
kematian.
Diagnosis Diferensial
Keadaan
seperti ini juga dijumpai pada emboli air ketuban, emboli paru, sindroma
aspirasi paru, infark jantung, dan tranfusi yang inkompatibel.
Penanganan
Terdiri
atas 3 garis utama, yaitu pengembalian fungsi sirkulasi darah dan oksigenisasi,
eradikasi infeksi, serta koreksi cairan dan elekrolit
Pengembalian Fungsi
Sirkulasi dan Oksigenisasi
Untuk
mengembalikan fungsi sirkulasi dan oksigenisasi jaringan perlu dilakukan
tindakan-tindakan berikut.
·
Penggantian kehilangan
darah : dengan darah segar (whole blood)
jika tersedia atau dengan koloid atau kristoloid. Pengukuran CVP wajib untuk
mencegah sirkulasi yang overload.
·
Kortikosteroid seperti
:
Ø Hidrokartison
1 g I.V./6 jam atau
Ø Deksametason
20 mg diikuti dengan 200 mg/ via infuse
·
Beta-adrenergik
stimulan : seperti isoprenalin yang menyebabkan dilatasi arteriol, meningkatkan
frekuensi jantung dan “stroke volume”
dan memperbaiki perfusi jaringan.
Volume darah harus
normal sebelum pengobatan.
·
Oksigen : jika ada
gangguan pernafasan
·
Aminofilin :
meningkatkan pernapsan dengan menghilangkan bronkospasmus
Eradikasi
Infeksi
·
Terapi
antibiotika
Ø Lakukan
pemeriksaan kultur dan tes sensitifikasi
Ø Terapi
antibiotika harus segera dimulai secara IV sampai hasil kultur didapat.
Terapi
harus meliputi spectrum kuman yang luas.
Regimen
|
Antibiotika
|
kerja
|
Dosis
|
Reg.
1
|
Ampisilin
atau sefalospirin
Gentamisin
Metronidazol
|
Gr
(+) aerobic dan Gr (-) kokus
Gr
(-) basil
aneorob
|
500-1000
mg/ 6 jam
80
mg/ 8 jam
500
mg/ 6 jam
|
Reg.
2
|
Klindamisin
Gentamisin
|
Gr
(+) dan Gr (-)
Aerobic
Gr
(-) aerobik
|
600
mg/ 6 jam
80
mg/ 8 jam
|
·
Terapi
operatif
Indikasi bila ada
jaringan yang tertinggal seperti abortus septic, segera jaringan dikeluarkan
setelah antibiotika diberikan dan resusitasi telah dimulai dengan :
Ø Evakuasi
dengan vakum
Ø Evakuasi
digital
Ø Histeroktomi
pada infeksi yang luas dengan gangrene (Klostridium welchi) atau trauma pada
uterus
Koreksi Cairan dan
Elektrolit
Koagulasi Intravaskuler
Diseminata
Terapi heparin kecuali
ada perdarahan yang aktif dimana keadaan lebih baik diobati dengan transfusi
darah.
Prinsip
Penanganan syok septik
·
Diagnosis dini
·
Terapi antibiotika yang
adekuat
·
Control/pengangkatan
sumber infeksi
·
Resusitasi hemodinamik
dan suportif
·
Kortikosteroid
·
Control ketat kadar
glukosa (tight glycemic conrol)
·
Ventilator dengan tidal
volume yang rendah pasa Acute Respiratory
Distress Syindrome
(ARDS)
Mortalitas
Angka
kematian ibu (AKI) karena syok septic 0-3 % pada kasus obstetric, tetapi 10 -80
% pada kasus nonobstetri. Mortalitas syok septic lebih kurang 50 %.
2.1.5
Syok
anafilaktik
yaitu
syok yang terjadi akibat alergi / hipersensetif terhadap obat – obatan.
2.1.6
Penyebab
syok yang lain
Seperti
emboli air ketuban , udara atau trombus, komplikasi anastesi ( sindroma
mendelson ) dan kombinasi seperti abortus inkompletus ( hemoragik dan
endotoksin) dan kehamilan ektropik terganggu dan rupture uteri ( hemoragic dan
neuorogik ).
Emboli
air ketuban
Definisi
Masuknya
cairan amnion kedalam sirkulasi ibu menyebabkan kolaps pada ibu pada waktu
persalinan dan hanya dapat dipastikan dengan autopsi.
Patologi
·
Kejadian lebih sering
terjadi pada kontraksi uterus yang kuat dengan spontan atau induksi dan terjadi
pada waktu ketuban pecah ketuban pecah dan ada pembuluh darah yang terbuka pada
plasenta atau serviks.
·
Emboli mengalir ke
pembuluh darah paru – paru dan akan menyebabkan kematian tiba – tiba atau syok
tanpa adanya perdarahan dan akhirnya kematian ( later death) karena DIC dan
perdarahan pascapersalinan.
Gejala
klinis
Kejadian
akut dengan tiba – tiba kolaps, sianosis, dan sesak napas berat. Segera diikuti
twitching, kejang dan gagal jantung
kanan akut, dengan takikardi, edema paru, dan sputum bewarna kotor ( frothy sputum) . jika tidak berakhir
kematian, DIC akan terjadi dalam 1 jam dan menyebabkan perdarahan umum.
Pemeriksaan
·
EKG : bukti adanya
gagal jantung kanan
·
X – ray : tidak ada
tanda – tanda spesifik pada dada
·
Scanning paru : dengan
teknetium – 99m albumin menunjukkan defek perfusi
·
Tes laboratorium :
adanya DIC
Diangnosis
diferensial
·
Edema paru akut
·
Sindroma aspirasi paru
( mendelson)
·
Defek koagulasi yang
lain
Pengobatan
1. oksigen
: pasang selang endotrakeal dan ventilasi tekanan positif dilakukan karena
pasien pada umumnya tidak sadar
2. aminofilin
: 0,5 g I.V. pelan – pelan untuk mengurangi bronkospasmus
3. isoprenalin
: 0,1 g I.V. untuk meningkatkan aliran darah ke paru dan aktivitas jantung.
4. Digoksin
dan atropin : jika CVP meninggi dan sekret paru yang berlebih
5. Hidrokortison
: 1 g I.V. diikuti dengan pemberian melalui infus pelan – pelan yang menyebabkan
vasodilatasi dan meningkatkan perfusi jaringan.
6. Larutan
bikabonat : jika ada asidosis respiratorik
7. Dekstran
berat molekul rendah : menurunkan agregasi trombosit dalam organ vital.
8. Heparin
: untuk pengobatan DIC jika tidak ada perdarahan aktif
9. Persalinan
pervagina: lebih aman daripada seksio sesarea jika bayi belum lahir
2.3 Penyebab
Syok
syok
disebabkan oleh perdarahan, neurogenik, kardiogenik, endotoksik/ septik,
anafilktik, dan penyebab syok yang lain seperti emboli, komplikasi anastesi,
dan kombinasi.
2.4 Tanda dan gejala
Diagnosis syok jika
terdapat tanda atau gejala berikut:
·
Nadi cepat dan lemah (
110 kali per menit atau lebih ).
·
Tekanan darah yang
rendah ( sistoli kurang dari 90 mmhg ).
Tanda dan gejala lain
dari syok meliputi :
·
Pucat (khusus nya pada
kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut).
·
Keringgat atau kulit
yang terasa dingin dan lembab.
·
Pernafasan yang cepat
(30 kali permenit atau lebih)
·
Gelisah, binggung, atau
hilangnya kesadaran.
·
Urin yang sedikit
(kurang dari 30 ml per jam).
2.5
Penanganan
syok
Prinip Dasar Penanganan Syok
Tujuan utama pengobatan
syok adalah melakukan penanganan awal dan khusus untuk:
·
Menstabilkan kondisi
pasien
·
Memperbaiki volume
cairan sirkulasi darah
·
Mengefisiensikan system
sirkulasi darah
Penanganan
Khusus
·
Mulailah infus intra
vena (2 jika memungkinkan dengan menggunakan kanula atau jarum terbesar (no. 6
ukuran terbesar yang tersedia). Darah diambil sebelum pemberian cairan infus
untuk pemeriksaan golongan darah dan uji kecocockan (cross match), pemeriksaan
hemoglobin, dan hematokrit. Jika memungkinkan pemeriksaan darah lengkap
termasuk trombosit, ureum, kreatinin, pH darah dan elektrolit, faal hemostasis,
dan uji pembekuan.
·
Segera berikan cairan
infus (garam fisiologk atau Ringer laktat) awalnya dengan kecepatan 1 liter
dalam 15-20 menit
·
Berikan paling sedikit
2 Liter cairan ini pada 1 jam pertama. Jumlah ini melebihi cairan yang
dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan
·
Setelah kehilangan
cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse dipertahankan dalam kecepatan 1 liter
per 6-8 jam
·
Catatan: Infus dengan
kecepatan yang lebih tinggi mungkin dibutuhkan dalam penatalaksanaan syok
akibat perdarahan. Usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat jumlah cairan yang
diperkirakan hilang.
·
Jika vena perifer tidak
dapat dikanulasi, lekukakan venous cut-dow
·
Pantau terus
tanda-tanda vital (setiap 15 menit) dan darah yang hilang. Apabila kondisi
pasien membaik, hati-hati agar tidak berlebihan memberikan cairan. Napas pendek
dan pipi yang bengkak merupakan kemungkinan tanda kelebihan pemberian cairan.
·
Lakukan kateterisasi
kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan jumlah urin yang keluar.
Produksi urin harus diukur dan dicatat.
·
Berikan oksigen dengan
kecepatan 6-8 liter per menit dengan sungkup atau kanula hidung.
2.6 Asuhan kebidanan pada pasien syok
A.
Penanganan
Awal
·
Mintalah bantuan.
Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat
darurat
·
Lakukan pemeriksaan
secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan bahwa jalan napas bebas.
·
Pantau tanda-tanda
vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu tubuh)
·
Baringkan ibu tersebut
dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko terjadinya aspirasi jika ia
muntah dan untuk memeastikan jalan napasnya terbuka.
·
Jagalah ibu tersebut
tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan menambah sirkulasi
perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
·
Naikan kaki untuk
menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika memungkinkan tinggikan tempat
tidur pada bagian kaki).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syock
adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah kedalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan
dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.(Prawirohardjo Sarwono.2009,
Ilmu Kebidanan Jakarta : Pt Bina Pustaka)
Penanganan Awal
·
Mintalah bantuan.
Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat
darurat
·
Lakukan pemeriksaan
secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan bahwa jalan napas bebas.
·
Pantau tanda-tanda
vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu tubuh)
·
Baringkan ibu tersebut
dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko terjadinya aspirasi jika ia
muntah dan untuk memeastikan jalan napasnya terbuka.
·
Jagalah ibu tersebut
tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan menambah sirkulasi
perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
·
Naikan kaki untuk
menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika memungkinkan tinggikan
tempat tidur pada bagian kaki).
3.2 Saran
Makalah
merupakan salah satu karya tulis yang dapat membantu para pembacanya untuk
mendapatkan informasi tertentu.Untuk itu,bagi para pembaca sebaiknya membaca
beberapa sumber atau literatur guna perbandingan.
Kami
membuat makalah ini guna untuk mempermudah para pembaca karena dalam makalah
kami telah dirangkum beberapa materi referensi dari beberapa buku. Sehingga
mudah untuk mendapatkan point-point penting untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo
Sarwono.2009, Ilmu Kebidanan Jakarta : Pt Bina Pustaka
prawirohardjo
sarwono. 2007
Mohtar,
Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Ed.1. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar