Jumat, 13 Mei 2016

makalah syok dalam kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Syock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.(Prawirohardjo Sarwono.2009, Ilmu Kebidanan Jakarta : Pt Bina Pustaka)
Syok Obstetri adalah syok yang dijumpai dalam kebidanan yang disebabkan baik oleh perdarahan, trauma, atau sebab-sebab lainnya. Gejala klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari, sesak nafas, pengelihatan kabur, gelisah, dan akhirnya oliguria/anuria. Klasifikasisyok antara lain syok hipovolemik, syok sepsis (endatoxin shock), syok kardiogenik, dan syok neurogenik. Ada beberapa penanganan kebidanan dalam menghadapi klien yang mengalami syok – syok tersebut, dimana penanganan tersebut dapat mengurangi angka kematian ibu dan anak dalam proses peesalinan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan syok?
2.      Apa saja jenis – jenis syok,patofisiologis dan cara penanganan nya?
3.      Apa penyebab syok?
4.      Apa tanda – tanda syok?
5.      Bagaimana penanganan syok tersebut?
6.      Asuhan apa saja yang dapat dilakukan pada pasien syok?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui lebih dalam tentang syok obstetrik
2.      Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah ASKEB IV
3.      Mengetahui cara penanganan pada pasien yang mengalami syok obstetrik



BAB II
PEMBAHASAN
2.1      Pengertian Syok Dalam Kebidanan
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.(Prawirohardjo Sarwono.2009, Ilmu Kebidanan Jakarta : Pt Bina Pustaka)
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ – organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif. ( prawirohardjo sarwono. 2007)

2.2       Jenis - Jenis Syok, partofisiologi dan penatalaksanaan
2.1.1    Syok hemoragic
Adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat perdarahan pada kehamilan muda, ,misalnya abortus, kehamilan ektopik, dan penyakit trofoblas ( molahidatidosa) ; perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri dan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan laserasi jalan lahir.




Klasifikasi perdarahan
Kelas 
Jumlah perdarahan
Gejala klinik
 I
15 % ( Ringan)
·         Tekanan darah dan nadi normal
·         Tes tilt( +)
II
20 – 25 % ( Sedang )
·         Takikardi – takipnea
·         Tekanan nadi < 30 mmHg
·         Tekanan darah sistolik rendah
·         Pengisian darah kapiler lambat
III
30 – 35 % ( Berat)
·         Kulit dingin , berkerut, pucat
·         Tekanan darah sangat rendah
·         Gelisah
·         Oliguria( < 30ml / jam)
·         Asidosis metabolik ( Ph < 7,5)

IV
40 – 45 %( sangat berat)
·         Hipotensi berat
·         Hanya nadi karotis yang teraba
·         syok irevesibel

Pada syok yang ringan gejala – gejala dan tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan dapat diketshui dengan “tilt test” yaitu bila pasien didudukan terjadi hipotensi dan takikardi sedangkan dalam keadaan berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masi normal.
Fase syok
perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadap perdarahan 500 – 1000ml pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskuler dan hematologik selama kehamilan. Jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase – fase syok sebagai berikut .
Fase kompensasi
·         Rangasangan / refleks simpatis : respon pertama terhadap kehilangan darah adalah vasokontraksi pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan darah ke organ vital.
·         Gejala klinis : pucat, takikardi, takipnea


Fase dekompensasi
·         Perdarahan lebih dari 1000ml pada pasien normal atau kurang karena faktor – faktor yang ada
·         Gejala klinis : sesuai gejala klinis syok diatas
·         Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan cepat tanpa meninggalkan efek samping
Fase kerusakan jaringan dan bahaya kematian
Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang lama dan kematian jaringan dengan akibat berikut ini :
1.      Asidosis metabolik : disebabkan metabolisme an aerob yang terjadi karena kekurangan oksigen
2.      Dilatasi arteriol : akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya menyebabkan penumpukan dan stagnasi darah dikapiler dan keluarnya cairan kedalam jaringan ekstravaskuler.
3.      Koagulasi intravaskuler yang luas ( DIC) disebabkan lepasnya tromboplastin dari jaringan yang rusak.
4.      Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner.
5.      Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak adekuat lagi dan jika penyembuhan ( recovery) dari fase akut terjadi, sisa – sia penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan hipofise akan timbul.
Penanganan
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain sebagai berikut :
1.      Cari dan hentikan segera penyebab perdarahan
2.      Bersihkan saluran napas dan beri oksigen atau pasang selang endotrakheal
3.      Naikan kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkulasi sentral
4.      Pasang 2 set infus atau lebih untuk transfusi darah, cairan infus dan obat – obatan I.V. bagi pasien yang syok. Jika sulit mencari vena, lakukan / pasang kanul intrafemonal.
5.      Kembalikan volume darah dengan :
1.      Darah segar ( whole blood) dengan cross – matched  dari grup yang sama, kalau tidak tersedia berikan darah O sebagai life saving.
2.      Larutan kristolid : seperti ringer laktat, larutan garam fisiologis atau glukosa 5 %. Larutan – larutan ini mempunyai waktu paruh ( half life) yang pendek dan pemberian yang berlebihan dapat memnyebabkan edema paru.
3.      Larutan koloid : dekstram 40 atau 70, fraksi protein plasma ( plasma protein fraction), plasma segar.

6.      Terapi obat – obatan
a.       Analgesik morfin 10 – 15 mg I.V. Jika ada rasa skit , kerusakan jaringan atau gelisah.
b.      Kortikosteroid : hidrokortsion 1 g atau deksametason 20mg I.V. pelan – pelan. Cara kerjanya masih kontroversial : dapat membantu menurunkan resistensi perifer dan meningkatkan kerja jantung dan meningkatkan perfusi jaringan.
c.       Sodium bikarbonat : 100 mEq I.V. jika terdapat asidosis
d.      Vasopresor : untuk menaikkan tekana darah dan mempertahankan perfusi renal.
·         Dopamin : 2,5 mg / kg / menit I.V. sebagai pilihan utama
·         Beta – adrenergenik stimulasi : isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa 5 % I.V. infus pelan – pelan.
7.      Monitoring
a.       Central venous presurre ( CVP) : normal 10 – 12 cm air
b.      Nadi
c.       Tekanan darah
d.      Produksi urin
e.       Tekanan kapilar paru : normal 6 – 18 Torr
f.       Perbaikan klinik : pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran.
Komplikasi
syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan diberbagai organ sehingga dapat terjadi komplikasi – komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis hipofise ( sindroma sheehan) dan koagulasi intravaskuler diseminata ( DIC).
Mortalitas
Perdarahan 500ml pada partus spontan dan 1000ml pada seksio sesarea pada umumnya masih dapat ditoleransi. Perdarahan karena trauma dapat menyebabkan kematian ibu dalam kehamilan sebanyak 6 – 7 % dan solusio plasenta 1 – 5 %. Di USA perdarahan obsetrik menyebabkan angka kematian ibu sebanyak 13,4%
Penanganan syok hemoragik dalam kebidanan
Bila terjadi syok hemoragik dalam kebidanan, segera lakukan resusitasi, berikan oksigen , cairan infus, dan transfusi darah dengan “ crossmatched”.
Diagnosis plasentaprevia / solusio plasenta dapat dilakukan dengan bantuan USG. Selanjutnya atasi koagulopati dan lakukan pengawasan janin dengan memonitor denyut jantung janin. Bila terjadi tanda – tanda hipoksia, segera lahirkan anak.
Jika terjadi atonia uteri pasca persalinan segera lakukan masase uterus, berikan suntikan metil – ergometrin ( 0,2 mg) I.V. atau per infus ( 20 – 40 U/I), dan bila gagal menghentikan perdarahan lanjutan dengan ligasi a hipogastrika atau histerektomi bila anak sudah cukup. Kalau ada pengalaman dan tersedia peralatan, dapat dilakukan embolisasi interna dengan bantuan transkateter. Semua laserasi yang ada sebelumnya harus dijahit.

2.1.2    Syok neurogenik
          Yaitu syok yang terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh kehamilan ektopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan forsep atau persalinan letak sungsang dimana pembukaan servik yang belum lengkap, versi dalam yang kasar, firasat/ tindakan creday, rupture uteri, inversio uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu cepat ( pecah ketuban pada polihidramion), dan penurunan tekanan tiba – tiba daerah splanknik ( spalnchic shok) seperti pengangkatan tiba – tiba tumor ovarium yang sangat besar.

2.1.3    Syok kardiogenik
Yaitu yang terjadi karena kontraksi otot jantung yang tidak efektif yang disebebkan oleh infark otot jantung dan kegagalan jantung. Sering dijumpai pada penyakit – penyakit  katup jantung.
Penyebab
Peneyebab utama syok kardiogenik adalah penyakit pembuluh darah yang berat. Pada syok kardiogenik ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang cukup untuk kebutuhan jaringan. Sebagai kompensasi terjadi takikardia, tetapi hipervolemia dapat menyebabkan edema paru dan edema menyeluruh. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kersuakan sel, kegagalan multiorgan, dan kematian.


Tanda Klinis
Tanda klinis syok kardiogenik adalah dilatasi vena-vena dileher, dispnea, desah sistol dan diastole, dan edema yang menyeluruh

2.1.4    Syok endotoksik / septik
Merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebakan oleh lepasan toksin. Penyebab utama dalah infeksi bakteri gram negatif. Sering dijumpai pada abortus septik, korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan.
Etiologi
Syok septik  dapat terjadi karena infeksi bakteri gram positif, virus, atau jamur. Kebanyakan syok septik karena bakteri gram negatif : Escherichia coli, pseudomonas, aeregions, bacterioid, klebisiella species, dan serratia.esherichia coli, pseudomonas aeregions, dan bacterioid yang mengeluarkan endoktoksin adalah fosfo-lipo-polisakarida yang lepas dari dinding sel yang mengalami lisis. Gambaran yang sama juga terjadi karena eksotoksin dari streptokokus beta hemolitik, aneorob, dan klostridia.
Patogenesis
Mikroorganisme mengeluarkan endotoksin yang dapat mengaktifkan sistem komplemen dan sitoksin, mengalami reaksi inflamasi. Kejadian ini berhubungan dengan DIC yang ekstensif karena antiplasmin tidak dapat mengatasinya. Sepsis menyebabkan vasodilatasi, tahanan perifer pembuluh darah menurun, dan hipotensi. Selanjutnya distribusi aliran darah kurang/jelek sehingga perfusi darah ke organ tidak adekuat menyebabkan kerusakan jaringan multiorgan dan kematian. Mediator inflamasi  meningkatkan permeabilitas kapilar sehingga cairan keluar dari pembuluh darah, khusus pada parenkim paru akan menyebabkan edema pulmonum.
Selama sepsis produksi surfaktan pneumosit akan terganggu yang menyebabkan alveolus kolaps dan mengakibatkan hipoksemia berat yang di sebut acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Endotoksin lepas karena meningkatnya permeabilitas lisosomal dan sitotoksik. Selanjutnya dalam beberapa menit dapat terjadi stimulasi medulla adrenal dan saraf simpatis serta kontruksi arteriol dan venul. Selanjutnya menyebabkan asidosis local yang dapat menyebabkan dilatasi arteriol, tetapi kontriksi venul dan jika berlanjut terus mengakibatkan pembendungan darah kapilar, perdarahan karena pembendungan pada gaster, hati, ginjal, dan paru.
Penyebab Obstetrik Pada Syok Septik
Syok septic dalam obstetri dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
·         Abortus septic
·         Ketuban pecah yang lama/korioamnionitis
·         Infeksi pascapersalinan : manipulasi dan instrumentasi
·         Trauma
·         Sisa plasenta
·         Sepsis puerperalis
·         Pielonefritis akuta
Faktor Resiko
Ketuban pecah yang lama, sisa konsepsi yang tidak keluar, dan instrumentasi saluran urogenital merupakan faktor risiko yang lain untuk terjadinya sepsis. Syok sepsis akan menunjukan gejala-gejala seperti menggigil, hipotenssi, gangguan mental, takikardia, takipnea, dan kulit merah. Bila syok tambah berat, akan terjadi kulit dingin dan basah, brakikardia, dan sianosis.
Penggunaan mifepriston intravaginal pada abortus medisinalis dapat menyebabkan syok septic yang fulminan dan letal disebabkan infeksi klostridium sordeli pada endometrium, suatu bakteri gram positif dan mengeluarkan toksin.
Mifepriston mempengaruhi pengeluaran dan fungsi kortisol dan sitokin dengan jalan menduduki (blocking) reseptor progesteron dan glukokortiroid. Kegagalan pengeluaran kortisol dan sitokin akan menghambat mekanisme pertahanan tubuh yang dibutuhkan untuk menghambat penyebaran infeksi C sordeli dalam endometrium pelepasan eksotoksin dan endotoksin dari C sordeli akan mempercepat terjadinya syok septic yang letal.
Gejala klinis
Syok septic (endotoksik) terjadi dalam 2 fase utama yaitu fase reversible atau fase ireversibel, sedangkan fase reversibel terdiri atas fase panas dan fase dingin.
 Fase panas disertai dengan gejala-gejala hipotensi, takikardi, pireksia, dan menggigil. Kulit kelihatan merah dan panas. Pasien biasanya masih sadar dan leukositosis terjadi dalam beberapa jam.
Pada fase dingin dijumpai gejala dan tanda-tanda kulit dingin dan mengeriput, sianosis, purpura, jaudice,penurunan kesadaran yang progresif, dan koma.
Selanjutnya bila syok berlanjut terus pasien akan jatuh kedalam fase ireversibel dimana terjadi hipoksia sel yang berkepanjangan yang menyebabkan gejala asidosis metabolik, gagal ginjal akut, gagal jantung, edema pulmonum, gagal adrenal, dan kematian.
Diagnosis Diferensial
Keadaan seperti ini juga dijumpai pada emboli air ketuban, emboli paru, sindroma aspirasi paru, infark jantung, dan tranfusi yang inkompatibel.
Penanganan
Terdiri atas 3 garis utama, yaitu pengembalian fungsi sirkulasi darah dan oksigenisasi, eradikasi infeksi, serta koreksi cairan dan elekrolit
Pengembalian Fungsi Sirkulasi dan Oksigenisasi
Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan oksigenisasi jaringan perlu dilakukan tindakan-tindakan berikut.
·         Penggantian kehilangan darah : dengan darah segar (whole blood) jika tersedia atau dengan koloid atau kristoloid. Pengukuran CVP wajib untuk mencegah sirkulasi yang overload.
·         Kortikosteroid seperti :
Ø  Hidrokartison 1 g I.V./6 jam atau
Ø  Deksametason 20 mg diikuti dengan 200 mg/ via infuse
·         Beta-adrenergik stimulan : seperti isoprenalin yang menyebabkan dilatasi arteriol, meningkatkan frekuensi jantung dan “stroke volume” dan memperbaiki perfusi jaringan.
Volume darah harus normal sebelum pengobatan.
·         Oksigen : jika ada gangguan pernafasan
·         Aminofilin : meningkatkan pernapsan dengan menghilangkan bronkospasmus
Eradikasi Infeksi
·         Terapi antibiotika
Ø  Lakukan pemeriksaan kultur dan tes sensitifikasi
Ø  Terapi antibiotika harus segera dimulai secara IV sampai hasil kultur didapat.
Terapi harus meliputi spectrum kuman yang luas.

Regimen
Antibiotika
kerja
Dosis
Reg. 1
Ampisilin atau sefalospirin
Gentamisin
Metronidazol
Gr (+) aerobic dan Gr (-) kokus
Gr (-) basil
aneorob
500-1000 mg/ 6 jam
80 mg/ 8 jam
500 mg/ 6 jam
Reg. 2
Klindamisin

Gentamisin
Gr (+) dan Gr (-)
Aerobic
Gr (-) aerobik
600 mg/ 6 jam

80 mg/ 8 jam

·         Terapi operatif
Indikasi bila ada jaringan yang tertinggal seperti abortus septic, segera jaringan dikeluarkan setelah antibiotika diberikan dan resusitasi telah dimulai dengan :
Ø  Evakuasi dengan vakum
Ø  Evakuasi digital
Ø  Histeroktomi pada infeksi yang luas dengan gangrene (Klostridium welchi) atau trauma pada uterus
Koreksi Cairan dan Elektrolit

Koagulasi Intravaskuler Diseminata
Terapi heparin kecuali ada perdarahan yang aktif dimana keadaan lebih baik diobati dengan transfusi darah.

Prinsip Penanganan syok septik
·         Diagnosis dini
·         Terapi antibiotika yang adekuat
·         Control/pengangkatan sumber infeksi
·         Resusitasi hemodinamik dan suportif
·         Kortikosteroid
·         Control ketat kadar glukosa (tight glycemic conrol)
·         Ventilator dengan tidal volume yang rendah pasa Acute Respiratory Distress Syindrome
(ARDS)

Mortalitas
Angka kematian ibu (AKI) karena syok septic 0-3 % pada kasus obstetric, tetapi 10 -80 % pada kasus nonobstetri. Mortalitas syok septic lebih kurang 50 %.

2.1.5        Syok anafilaktik
yaitu syok yang terjadi akibat alergi / hipersensetif terhadap obat – obatan.

2.1.6        Penyebab syok yang lain
Seperti emboli air ketuban , udara atau trombus, komplikasi anastesi ( sindroma mendelson ) dan kombinasi seperti abortus inkompletus ( hemoragik dan endotoksin) dan kehamilan ektropik terganggu dan rupture uteri ( hemoragic dan neuorogik ).
Emboli air ketuban
Definisi
Masuknya cairan amnion kedalam sirkulasi ibu menyebabkan kolaps pada ibu pada waktu persalinan dan hanya dapat dipastikan dengan autopsi.
Patologi
·         Kejadian lebih sering terjadi pada kontraksi uterus yang kuat dengan spontan atau induksi dan terjadi pada waktu ketuban pecah ketuban pecah dan ada pembuluh darah yang terbuka pada plasenta atau serviks.
·         Emboli mengalir ke pembuluh darah paru – paru dan akan menyebabkan kematian tiba – tiba atau syok tanpa adanya perdarahan dan akhirnya kematian (  later death) karena DIC dan perdarahan pascapersalinan.
Gejala klinis
Kejadian akut dengan tiba – tiba kolaps, sianosis, dan sesak napas berat. Segera diikuti twitching, kejang dan gagal jantung kanan akut, dengan takikardi, edema paru, dan sputum bewarna kotor ( frothy sputum) . jika tidak berakhir kematian, DIC akan terjadi dalam 1 jam dan menyebabkan perdarahan umum.
Pemeriksaan
·         EKG : bukti adanya gagal jantung kanan
·         X – ray : tidak ada tanda – tanda spesifik pada dada
·         Scanning paru : dengan teknetium – 99m albumin menunjukkan defek perfusi
·         Tes laboratorium : adanya DIC

Diangnosis diferensial
·         Edema paru akut
·         Sindroma aspirasi paru ( mendelson)
·         Defek koagulasi yang lain
 Pengobatan
1.      oksigen : pasang selang endotrakeal dan ventilasi tekanan positif dilakukan karena pasien pada umumnya tidak sadar
2.      aminofilin : 0,5 g I.V. pelan – pelan untuk mengurangi bronkospasmus
3.      isoprenalin : 0,1 g I.V. untuk meningkatkan aliran darah ke paru dan aktivitas jantung.
4.      Digoksin dan atropin : jika CVP meninggi dan sekret paru yang berlebih
5.      Hidrokortison : 1 g I.V. diikuti dengan pemberian melalui infus pelan – pelan yang menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan perfusi jaringan.
6.      Larutan bikabonat : jika ada asidosis respiratorik
7.      Dekstran berat molekul rendah : menurunkan agregasi trombosit dalam organ vital.
8.      Heparin : untuk pengobatan DIC jika tidak ada perdarahan aktif
9.      Persalinan pervagina: lebih aman daripada seksio sesarea jika bayi belum lahir


2.3   Penyebab Syok
syok disebabkan oleh perdarahan, neurogenik, kardiogenik, endotoksik/ septik, anafilktik, dan penyebab syok yang lain seperti emboli, komplikasi anastesi, dan kombinasi.


2.4       Tanda dan gejala
Diagnosis syok jika terdapat tanda atau gejala berikut:
·         Nadi cepat dan lemah ( 110 kali per menit atau lebih ).
·         Tekanan darah yang rendah ( sistoli kurang dari 90 mmhg ).
Tanda dan gejala lain dari syok meliputi :
·         Pucat (khusus nya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau sekitar mulut).
·         Keringgat atau kulit yang terasa dingin dan lembab.
·         Pernafasan yang cepat (30 kali permenit atau lebih)
·         Gelisah, binggung, atau hilangnya kesadaran.
·         Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam).

2.5       Penanganan syok
Prinip Dasar Penanganan Syok
Tujuan utama pengobatan syok adalah melakukan penanganan awal dan khusus   untuk:
·         Menstabilkan kondisi pasien
·         Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
·         Mengefisiensikan system sirkulasi darah
Penanganan Khusus
·         Mulailah infus intra vena (2 jika memungkinkan dengan menggunakan kanula atau jarum terbesar (no. 6 ukuran terbesar yang tersedia). Darah diambil sebelum pemberian cairan infus untuk pemeriksaan golongan darah dan uji kecocockan (cross match), pemeriksaan hemoglobin, dan hematokrit. Jika memungkinkan pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, ureum, kreatinin, pH darah dan elektrolit, faal hemostasis, dan uji pembekuan.
·         Segera berikan cairan infus (garam fisiologk atau Ringer laktat) awalnya dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit
·         Berikan paling sedikit 2 Liter cairan ini pada 1 jam pertama. Jumlah ini melebihi cairan yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan cairan yang sedang berjalan
·         Setelah kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infuse dipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam
·         Catatan: Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin dibutuhkan dalam penatalaksanaan syok akibat perdarahan. Usahakan untuk mengganti 2-3 kali lipat jumlah cairan yang diperkirakan hilang.
·         Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi, lekukakan venous cut-dow
·         Pantau terus tanda-tanda vital (setiap 15 menit) dan darah yang hilang. Apabila kondisi pasien membaik, hati-hati agar tidak berlebihan memberikan cairan. Napas pendek dan pipi yang bengkak merupakan kemungkinan tanda kelebihan pemberian cairan.
·         Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan jumlah urin yang keluar. Produksi urin harus diukur dan dicatat.
·         Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan sungkup atau kanula hidung.


2.6       Asuhan kebidanan pada pasien syok
A.  Penanganan Awal
·         Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
·         Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan bahwa jalan napas bebas.
·         Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu tubuh)
·         Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko terjadinya aspirasi jika ia muntah dan untuk memeastikan jalan napasnya terbuka.
·         Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
·         Naikan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian kaki).





BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Syock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.(Prawirohardjo Sarwono.2009, Ilmu Kebidanan Jakarta : Pt Bina Pustaka)
Penanganan Awal
·         Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
·         Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan bahwa jalan napas bebas.
·         Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu tubuh)
·         Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko terjadinya aspirasi jika ia muntah dan untuk memeastikan jalan napasnya terbuka.
·         Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke organ vitalnya.
·         Naikan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung (jika memungkinkan tinggikan tempat tidur pada bagian kaki).
3.2       Saran
Makalah merupakan salah satu karya tulis yang dapat membantu para pembacanya untuk mendapatkan informasi tertentu.Untuk itu,bagi para pembaca sebaiknya membaca beberapa sumber atau literatur guna perbandingan.
Kami membuat makalah ini guna untuk mempermudah para pembaca karena dalam makalah kami telah dirangkum beberapa materi referensi dari beberapa buku. Sehingga mudah untuk mendapatkan point-point penting untuk dipahami.




DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2009, Ilmu Kebidanan Jakarta : Pt Bina Pustaka
prawirohardjo sarwono. 2007
Mohtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Ed.1. Jakarta : Buku Kedokteran EGC



Tidak ada komentar:

Posting Komentar