Jumat, 13 Mei 2016

MAKALAH KEGAWATDARURATAN PADA CEDERA KEPALA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Grace & Borley, 2007). Trauma atau cedera kepala yang di kenal sebagai cedera otak adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia, dan pengaruh masa karena hemoragik, serta edema serebral di sekitar jaringan otak (Batticaca Fransisca, 2008).
            Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan interstisial dalam substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas otak (Arif Muttaqin, 2008). Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya ( Mansjoer, 2000 ).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang penulis angkat dalam makalah ini adalah:
  1. Apakah yang dimaksud dengan Cidera Kepala?
  2. Bagaimanakah etiologi Cidera Kepala?
  3. Apa saja klasifikasi Cidera Kepala?
  4. Bagaimanakah patofisiologi Cidera Kepala?
  5. Bagaimanakah penatalaksanaan Cidera Kepala?


1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi dari cedera kepala dan sebagai penambah wawasan mahasiswi bidan dalam mempelajari dari cedera kepala.


















BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi Cedera Kepala
            Cedera kepala yang sinonimnya adalah trauma kapitis = head injury = trauma kronioserebral = traymatic brain injury merupakan trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik,kognitif,fungsi psikososial baik bersifat temporer manupun permanent, (PERDOSI,2006).
            Sedangkan menurut Pedoman Penanggulangan Gawat Darurat Ems 199 Jakarta (2008),Trauma atau cedera kepala (Brain Injury) adalah salah satu bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik,intelektual,emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai bagian dari gangguan traumatic yang dapat menimbulkan perubahan-perunbahan fungsi otak.
            Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk dan penyimpangan garis pada tulang tengkorak,percepatan dan perlambatan (accelerasi-decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peseningkatan paada pencepatan factor dan penurunan kecepatan,serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindaakan pencegahan.
2.2 Etiologi Cedera Kepala
            Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi trauma oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan (ekselerasi-deselarasi) pada otak.


2.3 Patofisiologi Cedera Kepala
            Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hamper seluruhnya mlalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen,jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otaka tidak boleh kurang dari 20 mg%,karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.
Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi 2 :
1.      Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (aselerasi-decelarasi rotasi) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cedera primer dapat terjadi :
a.       Gegar kepala ringan
b.      Memar otak
c.       Laserasi
2.      Cedera kepala sekunder
Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala seperti :
a.       Hipotensi sistemik
b.      Hipoksia
c.       Udema otak
d.      Hiperkapnea
e.       Komplikasi pernapasan
2.4 Penggolongan Berdasarkan Akibat Cedera Kepala
            Penggolongaan berdasarkan akibat cedera kepala antara lain yaitu :
1.      Cedera primer
Hantaman langsung pada kepala akselerasi, deselerasi,rotasi,fraktur tulng tengkorak,sel neoro rusak,pembuluh darah robek.
2.      Cedera sekunder
Proses patologis dinamis,komplikasi intracranial hematoma intracranial : epidural, subdural, subarakhonoid,intraserebral,pembengkakan pada otak dan udem pada otak.

2.5 Klasifikasi Cedera Kepala
            Penilaian dengan skala glasglow :
a.       Cedera kepala ringan (GCS :13-15)
·         GCS >13
·         Tidak terdapat kelainan pada CT scan otak
·         Tidak memerlukan tindakan operasi
·         Lama dirawat di rumah sakit <48 jam  
b.      Cedera Kepala Sedang (GCS : 9-12)
·         GCS 9-12 
·         Ditemukan kelainan pada CT scan otak
·         Memerlukan tindakan operasi untuk lesi intracranial
·         Dirawat di rumah sakit setidaknya 48
c.       Cedera kepala berat (GCS : =<8)
·         Cedera kepala berat (CKB), bila dalam waktu 48 jam setelah trauma, nilai GCS <9.

2.6 Diagnosa Keperawatan
a.       Pembersihan jalan nafas tidak efektif
b.      Gangguan perfusi jaringan serebral
c.       Kekurangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh.
d.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e.       Kerusakan integritas kulit

2.7 Perdarahan Yang Sering Ditemukan Pada Cedera Kepala
            Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arterior akan berkontraksi dan perdaraha yang sering ditemukan pada cerdera kepala adalah :
1.      Epidural hematoma
Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan durameter akibat pecahnya pembuluh darah atau cabang-cabang arteri meningeal media yang terdapat didurameter,pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya lokasi yang paaling sering yaitu dilobus temporalis dan parietalis.
Gejala-gejala yang terjadi :
a.       Penurunan tingkat kesadaran
b.      Nyeri kepala
c.       Muntah
d.      Penurunan nadi,dan peningkatan suhu
2.      Subdural hematoma
Terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan otak,dapat terjadi akut dan kronik terjadi akibatnya pecahnya pembuluh darah vena/jembatan vena yang biasanya terdapat diantara durameter,perdarahan lambat dan sedikit.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah :
a.       Nyeri kpala
b.      Binggung
c.       Mengantuk
d.      Menarik diri
e.       Berfikir lambat
f.       Dan udem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan dijaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri,kapiler,vena.
Tanda dan gejalanya :
a.       Nyeri kepala
b.      Penurunan kedaran
c.       Komplikasi pernapasan
d.      Dilatasi pupil
e.       Perubahan tanda-tanda vital
3.      Perdarahan Subarchnoid
Perdarahan didalam rongga subarchnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak,hampir selalu pada cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejalanya adalah :
a.       Nyeri kepala
b.      Penurunan kepala, Dilatasi pupil dan Kaku kuduk.

2.8 Penatalaksanaan Cedera Kepala
            Penangana harus ditangani sejak dari tempat kecelakaan selama transportasi,diruang gawat darurat,kamar RO, sampai ruang operasi,ruang perawatan/ICU,monitor :
a.       Derajat kesadaran
b.      Vital sign
c.       Kemunduran motoric
d.      Reflek batang otak,monitoring tekanan intracranial.
Tindakan resusitasi pada cedera kepala yaitu :
1.      Jalan nafas (AIRWAY)
dibebaskan dari lidah yang turun kebelakang dengan posisi kepala ekstensi, kalau perlu pasang pipa orophoring (OPA)/ endotrakeal, bersihkan sisa muntah, lender, gigi palsu. isi lambung dikosongkan melalui pipa NGT untuk menghindari aspirasi muntahan.
2.      Pernapasan (BREATHING)
Tindakan oksigenasi cari dan atasi factor penyebab kalau perlu pasang fentilator segera.


3.      Sirkulasi (CIRCULATION)
Hentikan sumber perdarahan perbaiki fungsi jantung mengganti darah yang hilang dengan plasma darah.




























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Trauma kepala telah didefinisikan sebagai kerusakan jaringan di kepala yang diakibatkan oleh benturan kesobekan pada kulit kepala. Dan dari jenisnya dapat dilihat bahwa trauma kepala dapat bersifat ringan, sedang maupun berat, hal ini dapat dilihat dari jenis benturan yang terjadi misalnya pada waktu terjadi kecelakaan klien terbentur dan dapat mengakibatkan luka dalam pada tulang tengkorak otak, hal ini dapat beresiko terjadinya trauma kepala berat namun kita tidak bisa mendefinisikan hal tersebut sebagai trauma berat apabila sebelum adanya diagnosa medis dari dokter terkait.
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hamper seluruhnya mlalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen,jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.

3.2 Saran
            Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini sangatlah kurang dari kesempurnaan, oleh karena itu bagai pembaca yang membaca makalah ini, penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah arti, dan dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat serta tenaga kesehatan lebih meningkatkan pelayanan yang berkualitas tepat dan cepat.








DAFTAR PUSTAKA

Musliha, S. Kep., Ns. Keperawatan Gawat Darurat. Penerbit : Nuha Medika : 2010

























KASUS DENGAN CEDERA KEPALA

Seorang pasien datang ke rumah sakit bersama keluarga, anak berusia 23 th. Setelah mengalami kecelakaan pada kepala (cedera kepala). Keluarga pasien mengatakan anaknya mengalami kecelakaan dengan motor2 jam yang lalu dan keluarga pasien mengatakan pasien tidak sadarkan diri 30 menit yang lalu. Kondisi klien mengalami penurunan kesadaran (somnolen) klien mengalami muntah dan pusing. Pengkajian sementara hasil TTV :
TD: 100/70  mm hg
N   : 90 X/ menit
P    : 26 X/ menit
S    : 37 0c
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami riwayat penyakit keturunan.
Pengkajian Data
Interprestasi Data
Diagnose Potensial
Tindakan segera
Perencanaan
Penatalaksanaan
Evaluasi
Tanggal : 15 April 2016
Pukul    : 15.00 WIB
Data subjektif :
1.      Keluarga mengatakan klien tidak sadarkan diri 30 menit yang lalu setelah kecelakaan motor.
Data Objektif :
1.      KU pasien : kurang baik. Dengan kesadaran somnolen
2.      Setelah dilakukan pemeriksaan sementra TTV pasien:
TD : 100/70 mmHg
N    : 90x/ menit
P     : 26x/ menit
S     : 370 c
3.      Pemeriksaan fisik dalam batas normal

Diagnose :
Anak dari tn A. umur 23 th KU anak kurang baik, mengalami penurunan kesadaran (somnolen) disertai pusing dengan cedera kepala ringan.
Dasar :
1. keluarga pasien Mengatakan anaknya tidak sadarkan diri 30 menit yang lalu
2. keluarga pasien mengatakan anaknya mengalami kecelakaan 2 jam yang lalu
3. keluarga juga mengatakan pasien tidak pernah memiliki penyakit keturunan dan menular.
Kebutuhan :
1.  mencari sumber terdapat nya cedera pada kepala
2.menempatkan  pasien di tempat tidur
3. melakukan tindakan resusitasi dengan tindakan ABC
Terjadinya gangguan perfusi pada jaringan cerebral dan bisa berakibat kematian
Kolaborasi dengan Dr neurologi (sistem saraf pusat)
1.informasikan pada keluarga pasien keadaan pasien saat ini





2. lakukan penanganan pada cedera kepala dengan scan pada kepala kolaborasi dengan Dr. neorogi ( sistem saraf pusat)




3. lakukan tindakan resusitasi dengan tindakan ABC










4. Therapi pengobatan kolaborasi dengan dokter special ( neurology ) sistem saraf pusat
5.Diskusikan dengan keluarga bahwasanya pasien harus tenang kurangi suara yang banyak.

6. lakukan pemantuan pada pasien setiap 30 menit TTV










7. lakukan dokumentasi


1.menginformasikan pada keluarga keadaan pasien saat ini KU kurang Baik, dan hasil TTV sementara :
TD: 100/70  mm hg
N : 90 X/ m
P : 26 X/ menit
S : 37 0c
2. melakukan penanganan pada cedera kepala pasien dengan scan kepala pada kepala pasien untuk memeriksa apakah ada hematoma pada kepala pasien dan hasil , tidak ada perluasan lesi perdarahan tidak ada udem

3. melakukan tindakkan resusitasi dengan tindakan ABC Yaitu :
A : Airway jalan nafas , membersihkan sisa muntah
B : Brathing pernafasan, tindakan memberikan oksigenisasi dan pasang ventilator.
C : Circulation sirkulasi,

4. pemberian terapi obat-obatan dengan kolaborasi dengan DR. pemberian Infus Ivfd Rl 30 tts/m.
5. mendiskusikan dengan keluarga bahwa pasien harus tenang dan butuh istirahat yang cukup. Kurangi suara yang terlalu banyak.
6. melakukan pemantauan pada pasien setiap 30 menit untuk memeriksa TTV dan hasil didapatkan :
TD : 110/ 70 x/menit
N : 75x/menit
P  : 20x/ menit
S  : 370c
Keadaan umum pasien sedikit membaik
7. melakukan pencatatatn pada dokumentasi
1. keluarga mengerti dengan keadaan pasien






2.keluarga mau untuk melakukan scan pada kepala anak, dan scan sudah dilakukan



3.tindakan ABC sudah dilakukan










4.tindakan pemasangan infus sudah dilakukan


5.keluarga mengerti dan mau mengikuti saran dari tenaga kesehatan
6.pemeriksaan TTV sudah dilakukan









7.dokumentasi telah dicatat dalam pendokumentasian



Tidak ada komentar:

Posting Komentar